Thursday, September 27, 2018

Sikap Lemah ( 'Ajz )

          Tulisan Harian Santri - Makna Al- 'Ajz berasal dari kata ( Al- 'ajzuu ) yang memiliki dua arti dasar, kedua-duanya adalah benar. Satu diantaranya adalah lemah, dan yang kedua adalah akhir dari sesuatu ( ekor ). Arti Al-'Ajzuu secara definitif adalah tidak melakukan perbuatan yang seharusnya ia lakukan dengan menunda-nunda waktu. Ini bersifat umum meliputi semua urusan dunia dan agama. Lawan katanya adalah Al- Hazm yaitu bertekad atau berkemauan keras.Jadi Al-jaz adalah lemah.


          Nabi Muhammad SAW dalam doanya memohon perlindungan kepada Allah dari 'Ajz sikap lemah dan dari sikap malas. Umar Bin Al-Khattab selalu berdoa seraya mengucapkan " Ya, Allah, sesungguhnya aku mengadukan kepadamu tentang kelemahan orang beriman dan kekerasan orang kafir." Beramal itu membutuhkan orang-orang yang didalam hati mereka tidak ada tempat bagi sikap lemah, dan mereka selalu bergerak aktif tidak mengenal kejenuhan dan kebosanan. kemauan keras mereka dapat melakukan gunung tinggi, mereka itulah orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Terdapat beberapa indikasi bagi sikap lemah diantaranya :

1. Meninggalkan Dakwah ke jalan Allah.

          Ini adalah keadaan yang dialami oleh sebagian besar orang-orang yang bersikap konsisten, dimana mereka telah meninggalkan medan perjuangan dalam keadaan kosong, tidak menggerakkan orang lain menuju agama Allah. Secara tidak langsung kondisi semacam ini menunjukkan bahwa mereka tidak lagi memiliki kecemburuan terhadap Agama Allah dan tidak memiliki kepedulian terhadap kaum muslimin. Setiap kali seorang shalih meninggalkan dakwanya kepada Agama Allah, maka saat itulah tempat dakwahnya, ditepati oleh perusak, orang itu akan masuk ke lahan dakwah untuk memporak-porandakan dakwah bathilnya.

2. Lemah Dalam Beribadah.

          Diantara keagungan agama islam dan kenuversal-annya adalah bervariasinya ibadah islam dan banyaknya sarannya. Di dalam agama islam terdapat ibadah kalbu, ibadah jasmani, ibadah materiil, atau harta. Jadi, ibadah dalam islam banyak macamnya. Dari Abu Muhammad Abdullah Bin Amr Bin Al-Ash, ia Berkata, Rasulullah Saw Bersabda. :

 "Terdapat empat puluh macam, yang tertinggi diantarnya adalah memberi susu kepada Anak kambing, tidaklah sesorang bekerja dengan satu macam di antaranya karena mengharapkan pahalnya dan membenarkan apa yang telah dijanjikannya melainkan ia akan dimasukan ke dalam syurga."
(HR.Bukhari).

          Maksud memberi susu kepada anak kambing itu menjadi besar hingga dikemudian hari kambing itu menhasilkan susu.Orang yang konsisten adalah adalah manusia yang paling depan dalam melakukan ibadah dan ketaatan kepaa Allah, Karena ia mengetahui pahala ibadah dan cara-cara untuk mendapatkannya, hanya hanya saja ia lemah dalam melaksanakan ibadah-ibadah tersebut. Maka tidak sedikit anda temukan sebagian diantara mereka  tidak berpuasa kecuali di bulan Ramadhan saja, hanya sebatas melaksanakan shalat wajib dan mengabaikan shalat-shalat rawatib dan jarang berdzikir kepada Allah ta'alaa, serta ibadah-ibadah lainnya yang ia abaikan.

3. Jarang/sedikit membaca dan mals menuntut ilmu.

          Maka hari demi hari, minggu demi minggu bahkan bulan demi bulan berlalu tanpa membaca buku atau tidak mau mengkaji ulang suatu masalaj yang berguna baginya, dan yang membuatnya faham tentang agamanya.

4. Lemah dalam melaksanakan amal ma'ruf dan Nahi Munkar.
   
          Orang melihat kemungkaran di depan matanya namun ia tidak peduli padanya bahkan raut mukanya tidak berubah sedikitpu karena Allah. Ia lupa bahwa Allah ta'alaa cemburu, dan kecemburuan Allah itu adalah apabila laranganNya dilanggar.

5. Lemah untuk berkorban demi agama ini.

          Ia tidak mampu mengorbankan waktu, harta, atau jiwa raganya, ia hanya memperhatikan dirinya sendiri dan kepentingan pribadinya saja. Ia hanya mengambil keuntungan dari agama tanpa memberi kontribusi apa pu terharap agama. terdapat beberapa sebab yang menyebabkan seseorang lemah, antara lain. :

- Tawadhu yang dibuat-buat.
- Terlalu emosional.
- Malas.
- Bosan dan jenuh.
- Tidak sabar.
- Putus Asa.
- Takut.
- Tidak terbuka.
- Ragu (Bimbang)

          Sedangkan untuk mengatasi kelemahan ini adalah dengan beberapa hal dibawah ini, yaitu :

- Selalu membaca buku-buku sejarah.
- Memahami kewajiban utama manusia didalam kehidupan didunia ini, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan dirinya hanya untuk beribadah.
- Mengunjungi Orang-orang shalih dan orang-orang yang memiliki kemauan keras.
- Memiliki kemantapan hati serta terus-menerus berusaha untuk melenyapkan kelemahan.
- Memiliki tujuan mulia serta selalu berusaha untuk mencapai tujuan itu.


PENGORBANAN RASULULLAH SAW
Al Qur'an itu bukan hiburan dan bukan untuk kesenangan diwaktu-waktu senggang, akan tetapi Al Qur'an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi para Da’i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, mengikuti jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat manusia.

“Aku adalah pemimpin anak cucu Adam, bukan menyombong”.  Meskipun demikian, keadaan beliau saat ini adalah seperti yang beliau sendiri ceritakan dalam hadits shahih di dalam kitab Shahih Al-Jami’ Ashaghir/ 1552 :

“Sungguh aku pernah disakiti karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah disakiti seperti itu, aku pernah diintimidasi karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah diteror seperti itu.  Dan pernah pula lewat pada diriku tiga puluh hari tiga puluh malam, sementara aku dan Bilal tak ada sesuatu yang dapat dimakan kecuali sedikit makanan yang hanya dapat menutupi ketiak Bilal”[i]

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ () وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ () فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do`a mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 146-148)

Wallahu 'alam bishawwab

Wednesday, September 26, 2018

Hijrah, Cinta, Dan Harapan..

              Tulisan Harian Santri - Hijrah, sebuah kata yang sudah tidak asing lagi didengar telinga kita. Hampir semua kalangan sering menyebut-nyebut kata ini. Apalagi di kalangan anak muda, hijrah bagaikan tren yang sedang berkembang dengan luar biasa pesatnya.
Hijrah dimaknai sebagai perubahan diri ke arah yang lebih baik. Berubah dari pribadi yang gemar bermaksiat menjadi pribadi yang lebih taat. Berevolusi dari seseorang  yang mengabaikan syariat menjadi pribadi yang memiliki kesadaran beragama.

Mari kita tinjau makna hijrah yang sebenarnya. Secara bahasa, hijrah artinya berpisah dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengertian ini memiliki dua makna; hijrah fisik dan hijrah maknawi.
Hijrah fisik adalah bentuk hijrah seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ saat berpindah dari Makkah ke Madinah.

Adapun hijrah maknawi dapat diartikan sebagai perubahan dalam diri seorang muslim ke arah yang lebih baik. Ia meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan hal-hal yang Allah benci. Bersegera menuju hal-hal yang Allah Ta’ala ridhai. Ia menjadi bersemangat mendalami agamanya sendiri dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan.

Ada Apa dengan Hijrah Zaman Now?
Zaman yang semakin modern, arus teknologi canggih yang semakin deras, ditambah lagi dengan hantaman ‘industrialisasi’ syariat, mengakibatkan terjadinya penyempitan makna hijrah. Masuk organisasi tertentu, dibilang sudah hijrah. Ikut kelompok tertentu, dibilang sudah hijrah. Merubah penampilan, dibilang sudah hijrah. Apakah hanya sebatas itu saja indikator hijrah seseorang?
Mari kita bahas dari sebuah sisi yang paling menarik di kalangan remaja. Cinta. Apa kaitannya dengan hijrah? Banyak orang yang membatasi makna hijrah sebatas perubahan agar lebih mudah mendapatkan jodoh yang shalih/shalihah. Kita harus berani mengakui bahwa itulah yang sedang banyak terjadi hari ini.

Tak heran, kajian-kajian bertemakan nikah muda lebih banyak digandrungi kawula muda ‘pelaku’ hijrah daripada kajian aqidah, fiqih, akhlaq, dan sebagainya. Media sosial secara tidak sadar menjadi ajang mempromosikan diri. Unggah foto selfi, cekrek, lalu disertai caption tausiyah. Lha, hubungannya apa?

Ditambah lagi dengan munculnya pasangan-pasangan selebgram, pelaku nikah muda yang istiqamah ‘menginspirasi’ para jomblo dengan galeri kemesraan mereka. Wah, semakin membuat hijrah ini ingin cepat berbuah hasil; mendapatkan si dia.
Lalu bagaimana idealnya? Bicara tentang ideal, kita harus memahami dahulu ideal menurut siapa yang dimaksud? Tentu saja menurut syariat Allah ‘Azza wa Jalla. Mari kita simak sabda Rasulullah ﷺ dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Apa maknanya? Jika hijrahmu hanya sebatas agar segera mendapatkan pasangan yang shalih, wahai ukhti, ketahuilah bahwa hijrahmu itu sia-sia. Bukan keridhaan Allah sebagai tujuan utamamu. Yang kau usahakan itu tidak bernilai harganya.

Mari bersihkan niat, luruskan tekad. Katakan kepada hatimu, “Hijrahku hanya untuk Rabbku”. Sibukkan diri menuntut ilmu syar’i. Kenali ia sebenar-benarnya dengan mempelajari tauhid. Asah pengetahuanmu tentang ilmu fiqih. Perlembut akhlakmu dan percantik adabmu. Bekali diri dengan pengetahuan.

Lalu, tidak bolehkah ikut kajian pra-nikah? Boleh, bahkan sangat perlu. Hanya saja, jangan jadikan itu satu-satunya. Sementara yang lain diabaikan begitu saja. Perkara jodoh, duh ukhti, itu mah bonus dari Allah. Jadi tidak perlu khawatir. Allah tahu kok kualitas diri kita.

Hijrah atau Sekedar Ganti Casing?
Kalau hijrah dimaknai sebagai perubahan gaya berpakaian, mari kita bahas dari sisi ini. Mengubah gaya berpakaian; dari pakaian yang tidak menutup aurat kepada pakaian taat adalah kemajuan besar. MasyaAllah. Prosesnya bisa jadi berat bagi sebagian orang.

Sadarkah kita bahwa perubahan zaman ini luar biasa? Bagaimana tidak? Dahulu, sangat sedikit wanita muslimah yang berhijab. Di antara mereka banyak yang dicurigai macam-macam. Hijab adalah barang asing pada waktu itu. Seiring berjalannya waktu, mulai banyak muslimah yang berhijab. Walaupun cibiran dan hinaan masih kerap mereka dapatkan. Namun sudah banyak juga orang yang menerima hijab. Sekarang? Hijab bukan lagi barang baru, bahkan hampir setiap saat kita temui, kata ‘syar’i’ melekat mendampinginya.

Dapat kita saksikan betapa banyak toko offline maupun online yang menggelar lapak berjudul “Hijab Syar’i”. Begitu banyak kita temui mode-mode baru bermunculan dengan berbagai macam gaya dan beraneka warna. Ya, hijab, syariat Allah yang mulia ini telah diindustrialisasi.
Ketika syari’at sudah diindustrialisasi, maka berhijrah akan kehilangan esensinya. Orang-orang akan lupa tentang kesederhanaan dalam berpakaian, lupa akan makna hijab yang sebenarnya; menutup, bukan mempercantik. Mau tidak mau kita harus mengakui, bahwa banyak pelaku hijrah terjerembab dalam tren berpakaian ini.

Wahai saudariku, para muslimah shalihah, sudah semestinya kita move on dan membuka pikiran kita. Makna hijrah tidak sesempit itu. Hijrah adalah bergerak mendekat kepada Allah. Jadi, apabila pakaian yang selama ini kita anggap sebagai indikator hijrah itu tidak bisa membuat kita lebih dekat dengan Allah, lalu apanya yang hijrah?

Apabila pakaian syar’i yang ‘menutup’ itu membuat kita semakin ingin dilihat, ingin dipuji, atau ingin dikenal di dunia nyata maupun maya, lalu apanya yang hijrah? Apabila pakaian yang kita kenakan itu membuat kita tampil lebih cantik dengan mode dan warna menarik ala zaman now, lalu apanya yang hijrah?

Lupakah kita dengan perkataan sahabat mulia Mu’adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu? “Barangsiapa yang meninggalkan pakaian (yang bagus) disebabkan tawadhu’ (merendahkan diri) di hadapan Allah, sedangkan ia sebenarnya mampu, niscaya Allah memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segenap makhluk dan ia disuruh memilih jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki untuk dikenakan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)

Kita harus ingat bahwa kita hijrah untuk siapa? Kita berpakaian untuk mengharap keridhaan siapa? Apakah manusia atau Allah? Jawabannya ada di diri kita masing-masing.
Saudariku, hijrah itu berat, namun istiqamah lebih berat. Kita harus selalu menjaga kelurusan niat dan kebenaran amal. Hijrah bukan hanya sekali, namun harus terus kita lakukan sampai kita mati. Bergerak dari keburukan menuju kebaikan, berpindah dari amalan yang biasa-biasa saja kepada amalan luar biasa, terus begitu sampai maut menjelang. Semoga Allah meneguhkan kita di atas agama-Nya. Amin.

Penulis: Astriva N Harahap

Kiblat Muslimah

Monday, September 24, 2018

Sikap Kurang Ikhlas

          Tulisan Harian Santri - Allah ta'aala berfirman :

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam {menjalankan} agama dengan lurus"
[ QS. Al-Bayyinah : 5 ]


FirmanNya yang lain :

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya"
[ QS. Al-Hajj : 37 ]

Ibnu Abbas RA berkata, "Artinya adalah bahwa yang dapat sampai kepada Allah adalah niat dari orang yang melakukan hal itu."
Dan nilai dari suatu perbuatan amat tergantung pada niat, barangsiapa yang baik niatnya, maka perbuatannya itu akan menjadi baik dan ia pasti teguh, terhidar dari kelemahan danterhindar dari fitnah dalam keberagamaannya; dan ia akan terhindar dari kesesatan dan penyimpangan, sebagaimana Firman Allah ta'aala, :

"Kecuali hamba-hambamu yang ikhlas diantara mereka"
[ QS. Al-Hijr ; 40 ]

Diriwayatkan bahwa Umar Bin Al-Khattab RA berkata, Rasulullah SAW Bersabda :

"Sesungguhnya pekerjaan-pekerjaan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan ganjaran perbuatannya sesuai dengan apa yang dia niatkan"
[ Muttafaq 'Alaih ]

Imam Nawawi berkata, "Ini adalah hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, dan disepakati sebagai satu diantara hadits-hadits yang kedudukan dan keutamaannya sangat besar serta merupakan salah satu diantara hadits-hadits yang menjadi dasar-dasar islam.

          Ikhlas adalah dimana pujian dan hinaan manusia sama nilainya disisimu, dan kesepadanan antara yang lahir dan yang batin pada dirimu. Pada zaman ini keikhlasan merupakan barang langka tidak ada yang memilikinya, kecuali bagi mereka yang dirahmati Allah ta'aala, apalagi ditengah kehidupan yang penuh tipudaya, lemahnya muraqabah {mawas diri} dan keyakinan. Saya tidak mengatakan bahwa keikhlasan telah lenyap, sehingga dengan begitu saya telah berdusta, akan tetapi untuk menuju kepada keikhlasan dibutuhkan kesungguhan dan latihan yang terus-menerus {mujahadah} dalm setiap amal perbuatan.

          Suatu perbuatan jika telah dinodai dengan berbagai macam noda berupa Riya' atau mencari kemasyhuran, maka sesungguhnya sikap itu akan menjadikan seseorang lemah dalam melaksanakan pekerjaan itu. Bahkan pekerjaan itu akan menjadi sia-sia. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

"Allah Berfirman, " Aku paling sangat tidak membutuhkan kesyirikan, maka barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan itu ia mempersekutukanku dengan selain aku, maka aku akan meninggalkannya dan perbuatan syiriknya"
[HR. Muslim ]

Terkadang seorang seseorang telah beriltizam atau bersikap konsisten hingga ia termasuk dalam  golongan orang konsisten. Akan tetapi tujuannya bukan untuk konsisten itu sendiri dan tidak pula bertujuan  untuk mendapat ridha Allah, melainkan ia memiliki maksud-maksud lain yang dengan cepat akan menghancurkan sikap konsistennya itu, karena ia tidak mengharapkan Allah dan kehidupan Akhirat.

Abu Al-Qasim Al-Qusyairi Rahimahullah berkata, "Ikhlas itu adalah memusatkan niat dalam melaksanakan ketaatan hanya kepada Allah semata. Yaitu melakukan ketaatan dengan maksud hanya untuk taqarrub kepada Allah, tiada maksud lain, seperti untuk mendapatkan perhatian, pujian manusia, atau tujuan-tujuan lain yang bukan untuk mendekatkan diri taqarrub kepada Allah dan kehidupan Akhirat.

Sahl Bin Abdullah At- Tsauri Rahimahullah berkata, "Ketika orang-orang bijak menafsirkan ikhlas, maka mereka tidak mendapatkan selain pengertian bahwa hendaknya bergerak atau berdiamnya seseorang dalam situasi terlihat atau tersembunyi adalah hanya karena Allah semata, tidak dinodai oleh hawa nafsu ataupun dorongan duniawi.

        Maka barangsiapa yang mendambakan keselamatan didunia dan diakhirat, maka hendaknya ia bersikap ikhlas dan terus-menerus mengawasi niatnya, karena hanya dengan sikap itulah suatu pekerjaan memiliki nilai ibadah. Pekerjaan sedikit atau kecil yang disertai keikhlasan itu lebih baik daripada pekerjaan banyak yang hampa dari keikhlasan.


          Tidak mudah menegakkan ikhlas dalam diri, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang lemah. Godaan setan kerap mengintai untuk merusak amal-amal kebaikan.
Dikutip dari buku Surga Ikhlas, karangan Lasa Hs menuturkan, seorang ulama terkenal bernama Sufyan ats Tsauri berkata, "Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah".
Ada beberapa hal penting agar manusia dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan hanya kepada Allah:

1. Banyak berdoa

Di antara yang menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah SWT. Di antara doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah agar bisa senantiasa ikhlas ialah, "Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada Mu dari perbuatan menyekutukan Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui". (HR Ahmad).

Rasulullah sering memanjatkan doa tersebut agar terhindar dari kesyirikan. Padahal, kita tahu bahwa beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan.

2. Menyembunyikan amal kebaikan

Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakin menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti salat sunah, puasa sunah dan lain-lain).
Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain bisa membawa keikhlasan, karena tidak ada yang mendorong melakukan itu kecuali karena Allah semata. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis,

"Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain daru naungan Nya yaitu, pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah; laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid; dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena Nya; seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan namun ia berkata: 'Sesungguhnya aku takut kepada Allah'; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya". (HR Bukhari Muslim).

3. Memandang rendah amal kebaikan

Memandang rendah amal kebaikan yang dilakukan akan dapat mendorong amal perbuatan lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal yang dilakukan, di mana hal tersebut dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (bangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.
Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang dia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut. Bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia. Said bin Jubair berkata, "Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya". Ditanyakan kepadanya, "Bagaimana hal itu bisa terjadi?" Ia menjawab, "Seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap azab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu. Sedangkan ada seseorang yang beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka"
.
4. Takut amalnya tidak diterima

Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah Al Muminum ayat 60.
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka kembali kepada Tuhan mereka". (QS Al Muminum [23]:60).
Pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut.

5. Tidak terpengaruh perkataan manusia

Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi manusia. Bahkan, Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia dipuji oleh manusia karenanya belaiu menjawab, "Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin". (HR Muslim).
Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia. Akan tetapi, janganlah jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab beramal saleh karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas

Sunday, September 23, 2018

Makna Hijrah

          Tulisan Harian Santri - Hijrah itu sulit ?. kata siapa sulit?. Hijrah dalam Al-Qur'an pun sudah disebutkan dalam Surat An-Nisa ayat 100.

“Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa: 100)

Hijrah yaitu berpindah pada yang buruk kesesuatu yang baik. Hijrah dijalan Allah meninggalkan hal-hal yang berbau dosa dalam diri.

Pengertian Hijrah
 
Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam mengartikan kata “hijrah” namun kesemuanya berkesimpulan bahwa hijrah adalah menghindari/menjauhi diri dari sesuatu, baik dengan raga, lisan dan hati. Hijrah dengan raga berarti pindah dari suatu tempat menuju tempat lain. Hijrah dengan lisan berarti menjauhi perkataan kotor dan keji. Sementara hijrah dengan hati berarti menjauhi sesuatu tanpa menampakkan perbuatan.

Makna hijrah menurut Al-Qur’an memiliki beberapa pengertian, dimana kata hijrah disebutkan dalam Al-Qur’an lebih 28 kali di dalam berbagai bentuk dan makna. Adapun makna hijrah itu sendiri seperti yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an adalah sebagai berikut.
  1. Hijrah berarti mencela sesuatu yang benar karena takabur, seperti firman Allah, “Dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji” (Al-Mu’minun: 67)
  2. Hijrah berarti pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain guna mencari keselamatan diri dan mempertahankan aqidah. Seperti firman Allah, “Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak”. (An-Nisa: 100)
  3. Hijrah berarti pisah ranjang antara suami dan istri, seperti firman Allah, “Dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka” (An-Nisa: 34)
  4. Hijrah berarti mengisolir diri, seperti ucapan ayahnya Nabi Ibrahim kepada beliau, “Dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama”. (Maryam: 46)
Hakikat Hijrah
 
Dari makna hijrah di atas dan melihat perjalanan dakwah Rasulullah saw seperti yang terekam dalam ayat-ayat Al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa hakikat hijrah terbagi pada dua bagian, yaitu:
1. Mensucikan diri
Hijrah dalam arti menjauhi kemaksiatan dan menyembah berhala, seperti dalam firman Allah,

 “Dan perbuatan dosa, maka jauhilah” (Muddatstsir: 5) dan firman-Nya,  
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (Muzammil: 10)

Kedua ayat di atas turun di masa Rasulullah saw memulai dakwah, pada saat itu nabi saw diperintahkan oleh Allah untuk menjauhi diri dari perbuatan keji dan mungkar dan dari mengikuti perbuatan syirik dan dosa seperti yang dilakukan oleh orang musyrik di kota Mekkah saat itu.
Di samping itu Allah juga memerintahkan kepada beliau untuk bersabar terhadap cacian, cercaan, makian, siksaan, intimidasi dan segala bentuk penolakan yang bersifat halus dan kasar, dan berusaha untuk menghindar dari mereka dengan cara yang baik.

Cara ini pula yang diterapkan oleh Rasulullah dalam berdakwah kepada para sahabatnya hingga pada akhirnya beliau berhasil mencetak generasi yang berjiwa bersih, berhati suci, bahkan membentuk generasi yang ideal, bersih dari kemusyrikan, kekufuran dan kemunafikan, kokoh dan tangguh, dan memiliki ikatan ukhuwah islamiyah yang erat. Padahal sebelumnya mereka tidak mengenal Islam bahkan phobi terhadapnya, namun setelah mengenal Islam dan hijrah ke dalamnya, justru menjadi pionir bagi tegaknya ajaran Islam.

Kisah Umar bin Khathab ra, menarik untuk kita simak; beliau di masa awal dakwah sebelum memeluk Islam dikenal dengan julukan “penghulu para pelaku kejahatan”, namun setelah hijrah beliau menjadi pemimpin umat yang disegani, tawadhu dan suka menolong orang miskin, beliau menjadi tonggak bagi tegaknya ajaran Islam.

Begitupun dengan kisah Khalid bin Walid, Abu Sofyan dan sahabat yang lainnya, menjadi bukti konkret akan perjalanan hijrah mereka dari kegelapan, kekufuran dan kemaksiatan menuju cahaya Allah. Karena itu pula Rasulullah saw pernah bersabda, “Sebaik-baik kalian di masa Jahiliyah, sebaik-baik kalian di masa Islam, jika mereka mau memahami”.

Hijrah secara umum artinya meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, baik dalam perasaan (hati), perkataan dan perbuatan.

Hijrah juga merupakan sunnah para nabi sebelum Rasulullah saw diutus, dimana Allah memerintahkan para utusannya untuk melakukan perbaikan diri terlebih dahulu, seperti nabi Ibrahim, di saat beliau mencari kebenaran hakiki dan menemukannya, beliau berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya saya akan pergi menuju Tuhan saya, karena Dialah yang akan memberi hidayah kepada saya”.

Begitu pula dengan kisah nabi Luth saat beliau menyerukan iman kepada kaumnya, walaupun kaumnya mendustakannya, dan bahkan mengecam dan mengancam akan membunuhnya, namun beliau tetap dalam pendiriannya dan berkata, “Sesungguhnya saya telah berhijrah menuju Tuhan saya, sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa dan Bijaksana.” (Al-Ankabut: 26)

Hijrah ini sangatlah berat, karena di samping harus memiliki kesabaran, juga dituntut memiliki ketahanan ideologi dan keyakinan agar tidak mudah terbujuk rayuan dan godaan dari kenikmatan dunia yang fana, dan memiliki ketangguhan diri dan tidak mudah lentur saat mendapatkan cobaan dan siksaan yang setiap saat menghadangnya, berusaha membedakan diri walaupun mereka hidup di tengah-tengah mereka, karena ciri khas seorang muslim sejati “yakhtalitun walaakin yatamayyazun” (bercampur baur namun memiliki ciri khas tersendiri/tidak terkontaminasi).

Adapun urgensi dari hijrah ini sangatlah besar, dimana suatu komunitas tidak akan menjadi baik kalau setiap individu yang ada dalam komunitas tersebut telah rusak. Namun sebaliknya; baiknya suatu komunitas bergantung kepada individu itu sendiri. Karena–dalam rangka membentuk komunitas yang bersih, taat kepada Allah dan syariatNya– pengkondisian sisi internal melalui pembersihan jiwa dan raga dari segala kotoran, baik lahir maupun batin merupakan hal yang sangat mendasar sekali sebelum melakukan perbaikan terhadap sisi eksternal.

Demikianlah hendaknya yang harus kita pahami akan makna dan hakikat hijrah, dimana krisis multidimensi sudah begitu menggejala dalam tubuh umat Islam, dan diperparah dengan terkikisnya norma-norma Islam dalam tubuh mereka; perlu adanya pembenahan diri sedini mungkin, diawali dari diri sendiri, lalu setelah itu anggota keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat luas
.
2. Pindah Dari Suatu Tempat Ke Tempat Yang Lain
Dalam ayat-ayat yang berkenaan tentang hijrah banyak kita temukan bahwa mayoritas dari pengertian hijrah adalah pindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, ataupun secara spesifik berarti pindah dari suatu tempat yang tidak memberikan jaminan akan perkembangan dan keberlangsungan dakwah Islam serta menjalankan syari’at Islam ke tempat yang memberikan keamanan, ketenangan dan kenyamanan dalam menjalankan syariat Islam tersebut.

Namun, hijrah dalam artian pindah tempat tidak akan berjalan dan terealisir jika hijrah dalam artian yang pertama belum terwujud. Karena bagaimana mungkin seseorang atau kelompok sudi melakukan hijrah (pindah) dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh, meninggalkan keluarga, harta dan tempat tinggal ke tempat yang sama sekali belum dikenal, tidak ada sanak famili dan harta menjanjikan di sana kecuali dengan keimanan yang mantap dan keyakinan yang penuh terhadap Allah.

Dengan berhasilnya hijrah yang pertama secara otomatis mereka pun siap melakukan hijrah yang kedua, yang mana tujuannya adalah mempertahankan akidah walaupun taruhannya adalah nyawa. Siap meninggalkan segala apa yang mereka miliki dan cintai, siap berpisah dengan keluarga dan sanak famili, bahkan siap meninggalkan tanah kelahiran mereka.

Salah satu contoh konkret yang dapat dijadikan ibrah adalah hijrahnya Suhaib bin Sinan Ar-Rumi, seorang pemuda yang pada awalnya terkenal dengan lelaki yang ganteng dan rupawan, kaya raya, namun karena akidah yang sudah melekat di hatinya, beliau rela meninggalkan itu semua, karena orang kafir melarang beliau berhijrah jika hartanya ikut dibawa, akhirnya dengan berbekal seadanya beliau pun pergi melaksanakan hijrah, dan ketika Rasulullah saw mendengar kabar tersebut, beliau pun bersabda sambil memuji apa yang dilakukan Suhaib, “beruntunglah Suhaib, beruntunglah Suhaib!!”

Oleh karena beratnya perjalanan hijrah Allah memposisikannya sebagai jihad yang besar dan mensejajarkannya dengan iman yang kokoh. Kita bisa lihat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Allah menyebutkan kedudukan hijrah ini dan ganjaran bagi mereka yang melakukan hijrah.



Ujian Orang yang berhijrah. Ketika panggilan hijrah mulai mengetuk hati, kitapun mulai menyambutnya, namun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, terlihat tembok menjulang tinggi yang menghambat langkah kita, apakah yang harus kita berbuat, akankah kita mundur kebelakang, kembali ke masa lalu yang kelam ?. Inilah ujian orang yang berhijrah. Ayuyahal ikhwan wal akhwat rahimakumullah, orang yang meniti jalan hijrah, pasti akan mendapatkan sebuah ujian. Allah Ta’ala berfirman : الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “. ( Al Ankabut : 2-3 ). Maka ujian tersebut adalah untuk mengetahui kejujuran seseorang dalam berhijrah, apakah ia serius dalam berhijrah, ataukah hanya sekedar ikut – ikutan saja. Ketika seseorang mau mengambil madu , ia harus siap di sengat oleh lebah , begitu pula tatkala kita hendak meraih surga Allah Ta’ala, kita harus siap berjuang untuk melewati ujian kehidupan yang terus bergelombang. Dan ketika cobaan yang menerpa semakin kencang, jalan hijrah terhalang oleh keluarga sendiri, terhambat oleh restu orang tua, apakah yang harus kita perbuat ?. Saudaraku, yang pertama hendaklah kita melihat dengan kaca mata hikmah, ketika hijrah kita terhalang restu orang tua, maka ingatlah itu adalah sebuah peluang untuk mendakwahi dan menasehati mereka, kesempaan untuk mendapatkan pahala besar, dan itulah hakikat berbakti kepada orang tua yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah seseorang yang bisa ditempuh untuk mendaki tembok besar menjulang tinggi, yang jalan hijrahnya terhambat oleh restu orang tua.

Sumber Artikel : Ketika Panggilan Hijrah Mengetuk Hati https://wp.me/p4yVLH-pp
Ujian Orang yang berhijrah. Ketika panggilan hijrah mulai mengetuk hati, kitapun mulai menyambutnya, namun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, terlihat tembok menjulang tinggi yang menghambat langkah kita, apakah yang harus kita berbuat, akankah kita mundur kebelakang, kembali ke masa lalu yang kelam ?. Inilah ujian orang yang berhijrah. Ayuyahal ikhwan wal akhwat rahimakumullah, orang yang meniti jalan hijrah, pasti akan mendapatkan sebuah ujian. Allah Ta’ala berfirman : الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “. ( Al Ankabut : 2-3 ). Maka ujian tersebut adalah untuk mengetahui kejujuran seseorang dalam berhijrah, apakah ia serius dalam berhijrah, ataukah hanya sekedar ikut – ikutan saja. Ketika seseorang mau mengambil madu , ia harus siap di sengat oleh lebah , begitu pula tatkala kita hendak meraih surga Allah Ta’ala, kita harus siap berjuang untuk melewati ujian kehidupan yang terus bergelombang. Dan ketika cobaan yang menerpa semakin kencang, jalan hijrah terhalang oleh keluarga sendiri, terhambat oleh restu orang tua, apakah yang harus kita perbuat ?. Saudaraku, yang pertama hendaklah kita melihat dengan kaca mata hikmah, ketika hijrah kita terhalang restu orang tua, maka ingatlah itu adalah sebuah peluang untuk mendakwahi dan menasehati mereka, kesempaan untuk mendapatkan pahala besar, dan itulah hakikat berbakti kepada orang tua yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah seseorang yang bisa ditempuh untuk mendaki tembok besar menjulang tinggi, yang jalan hijrahnya terhambat oleh restu orang tua.

Sumber Artikel : Ketika Panggilan Hijrah Mengetuk Hati https://wp.me/p4yVLH-pp
Ujian Orang yang berhijrah. Ketika panggilan hijrah mulai mengetuk hati, kitapun mulai menyambutnya, namun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, terlihat tembok menjulang tinggi yang menghambat langkah kita, apakah yang harus kita berbuat, akankah kita mundur kebelakang, kembali ke masa lalu yang kelam ?. Inilah ujian orang yang berhijrah. Ayuyahal ikhwan wal akhwat rahimakumullah, orang yang meniti jalan hijrah, pasti akan mendapatkan sebuah ujian. Allah Ta’ala berfirman : الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “. ( Al Ankabut : 2-3 ). Maka ujian tersebut adalah untuk mengetahui kejujuran seseorang dalam berhijrah, apakah ia serius dalam berhijrah, ataukah hanya sekedar ikut – ikutan saja. Ketika seseorang mau mengambil madu , ia harus siap di sengat oleh lebah , begitu pula tatkala kita hendak meraih surga Allah Ta’ala, kita harus siap berjuang untuk melewati ujian kehidupan yang terus bergelombang. Dan ketika cobaan yang menerpa semakin kencang, jalan hijrah terhalang oleh keluarga sendiri, terhambat oleh restu orang tua, apakah yang harus kita perbuat ?. Saudaraku, yang pertama hendaklah kita melihat dengan kaca mata hikmah, ketika hijrah kita terhalang restu orang tua, maka ingatlah itu adalah sebuah peluang untuk mendakwahi dan menasehati mereka, kesempaan untuk mendapatkan pahala besar, dan itulah hakikat berbakti kepada orang tua yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah seseorang yang bisa ditempuh untuk mendaki tembok besar menjulang tinggi, yang jalan hijrahnya terhambat oleh restu orang tua.

Sumber Artikel : Ketika Panggilan Hijrah Mengetuk Hati https://wp.me/p4yVLH-pp
Ujian Orang yang berhijrah. Ketika panggilan hijrah mulai mengetuk hati, kitapun mulai menyambutnya, namun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, terlihat tembok menjulang tinggi yang menghambat langkah kita, apakah yang harus kita berbuat, akankah kita mundur kebelakang, kembali ke masa lalu yang kelam ?. Inilah ujian orang yang berhijrah. Ayuyahal ikhwan wal akhwat rahimakumullah, orang yang meniti jalan hijrah, pasti akan mendapatkan sebuah ujian. Allah Ta’ala berfirman : الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “. ( Al Ankabut : 2-3 ). Maka ujian tersebut adalah untuk mengetahui kejujuran seseorang dalam berhijrah, apakah ia serius dalam berhijrah, ataukah hanya sekedar ikut – ikutan saja. Ketika seseorang mau mengambil madu , ia harus siap di sengat oleh lebah , begitu pula tatkala kita hendak meraih surga Allah Ta’ala, kita harus siap berjuang untuk melewati ujian kehidupan yang terus bergelombang. Dan ketika cobaan yang menerpa semakin kencang, jalan hijrah terhalang oleh keluarga sendiri, terhambat oleh restu orang tua, apakah yang harus kita perbuat ?. Saudaraku, yang pertama hendaklah kita melihat dengan kaca mata hikmah, ketika hijrah kita terhalang restu orang tua, maka ingatlah itu adalah sebuah peluang untuk mendakwahi dan menasehati mereka, kesempaan untuk mendapatkan pahala besar, dan itulah hakikat berbakti kepada orang tua yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah seseorang yang bisa ditempuh untuk mendaki tembok besar menjulang tinggi, yang jalan hijrahnya terhambat oleh restu orang tua.

Sumber Artikel : Ketika Panggilan Hijrah Mengetuk Hati https://wp.me/p4yVLH-ppv
Ujian Orang yang berhijrah. Ketika panggilan hijrah mulai mengetuk hati, kitapun mulai menyambutnya, namun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, terlihat tembok menjulang tinggi yang menghambat langkah kita, apakah yang harus kita berbuat, akankah kita mundur kebelakang, kembali ke masa lalu yang kelam ?. Inilah ujian orang yang berhijrah. Ayuyahal ikhwan wal akhwat rahimakumullah, orang yang meniti jalan hijrah, pasti akan mendapatkan sebuah ujian. Allah Ta’ala berfirman : الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “. ( Al Ankabut : 2-3 ). Maka ujian tersebut adalah untuk mengetahui kejujuran seseorang dalam berhijrah, apakah ia serius dalam berhijrah, ataukah hanya sekedar ikut – ikutan saja. Ketika seseorang mau mengambil madu , ia harus siap di sengat oleh lebah , begitu pula tatkala kita hendak meraih surga Allah Ta’ala, kita harus siap berjuang untuk melewati ujian kehidupan yang terus bergelombang. Dan ketika cobaan yang menerpa semakin kencang, jalan hijrah terhalang oleh keluarga sendiri, terhambat oleh restu orang tua, apakah yang harus kita perbuat ?. Saudaraku, yang pertama hendaklah kita melihat dengan kaca mata hikmah, ketika hijrah kita terhalang restu orang tua, maka ingatlah itu adalah sebuah peluang untuk mendakwahi dan menasehati mereka, kesempaan untuk mendapatkan pahala besar, dan itulah hakikat berbakti kepada orang tua yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah seseorang yang bisa ditempuh untuk mendaki tembok besar menjulang tinggi, yang jalan hijrahnya terhambat oleh restu orang tua.

Sumber Artikel : Ketika Panggilan Hijrah Mengetuk Hati 
Ujian Orang yang berhijrah. Ketika panggilan hijrah mulai mengetuk hati, kitapun mulai menyambutnya, namun ternyata tidak semudah yang kita bayangkan, terlihat tembok menjulang tinggi yang menghambat langkah kita, apakah yang harus kita berbuat, akankah kita mundur kebelakang, kembali ke masa lalu yang kelam ?. Inilah ujian orang yang berhijrah. Ayuyahal ikhwan wal akhwat rahimakumullah, orang yang meniti jalan hijrah, pasti akan mendapatkan sebuah ujian. Allah Ta’ala berfirman : الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3) “ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta “. ( Al Ankabut : 2-3 ). Maka ujian tersebut adalah untuk mengetahui kejujuran seseorang dalam berhijrah, apakah ia serius dalam berhijrah, ataukah hanya sekedar ikut – ikutan saja. Ketika seseorang mau mengambil madu , ia harus siap di sengat oleh lebah , begitu pula tatkala kita hendak meraih surga Allah Ta’ala, kita harus siap berjuang untuk melewati ujian kehidupan yang terus bergelombang. Dan ketika cobaan yang menerpa semakin kencang, jalan hijrah terhalang oleh keluarga sendiri, terhambat oleh restu orang tua, apakah yang harus kita perbuat ?. Saudaraku, yang pertama hendaklah kita melihat dengan kaca mata hikmah, ketika hijrah kita terhalang restu orang tua, maka ingatlah itu adalah sebuah peluang untuk mendakwahi dan menasehati mereka, kesempaan untuk mendapatkan pahala besar, dan itulah hakikat berbakti kepada orang tua yang sebenarnya. Berikut ini adalah langkah seseorang yang bisa ditempuh untuk mendaki tembok besar menjulang tinggi, yang jalan hijrahnya terhambat oleh restu orang tua.

Sumber Artikel : Ketika Panggilan Hijrah Mengetuk Hati https://wp.me/p4yVLH-p

Saturday, September 22, 2018

Jangan Buat Aku berdosa

          Tulisan Harian Santri - "Kau tarik tanganku, kau genggamkan cinta. Kau tarik hatiku, kau janjikan syurga. Tak pasti berlabuh, haruskahku anggap takdir terjeratku dalam dosa, dibalik simfoni cinta."

Ketika seseorang  menjanjikan cinta, sebelum ada ikatan halal, maka seketika itu juga membuat hati seorang itu gundah. Terjerumus dalam bisikan syaitan, membuat hati kotor berdosa.

Aku mengerti bagimana perasaan seorang yang dijanjikan cinta. Bahwa sakit rasa dalam hati bilamana Allah ta'aala belum mengehendaki 2 insan itu bersatu.

Hanya sakit dalam hati, juga menumpuk dosa dalam catatan amal. Menjanjikan yang belum pasti, karena rizki, jodoh dan kematian itu hanya pada pengetahuan Allah ta'aala.

Mengungkapkan kata-kata cinta kepada seseorang yang dicinta, bukan hal yang benar. Ketika cinta itu teguh, maka ucapkanlah kata-kata cinta itu didepan walinya.

Karena wanita itu tak bisa menunggu dengan pegangan janji-janji manismu. Mereka hanya butuh bukti yang nyata, bahwasannya cinta yang engkau berikan adalah tekad yang sudah kau bulatkan.

Hati manusia itu terbolak-balik. Hanya Allah yang maha membolak-balikan hati setiap hamba. Yang pada kenyataannya, kita semua tak tahu menahu akan ada rintangan apa kedepannya.

Jangan mendahului takdir. Jadikanlah kesinggleanmu itu suatu yang amat besar untuk dirimu, yaitu untuk selalu memperbaiki diri karena Allah.

Allah tahu kamu sedang berjuang. Allah tahu kamu sedang kesepian. Allah tahu semua itu, akan tetapi Allah sedang menguji bahwa kamu sudah dekat belum sama Allah ketika menyandang status kesinggleanmu.

Takdir Allah itu memang tak bisa dibayangkan. Allah punya caranya sendiri untuk menyelesaikan masalah setiap hambanya.

Soo, jangan lelah untuk memperbaiki diri karena Allah, para singglelillah.

SEBAB GUGURNYA KEISLAMAN

Tulisan Harian Santri - Pahami Sistem Hidup dan Pola Pikir

Apa yang anda lakukan bila anda sedang berada di atas kapal kemudian kapal itu tiba-tiba bergoyang seketika? Mungkin anda akan merasakan kaget yang luar biasa. Karena satu-satunya yang bisa menentukan antara hidup dan matinya manusia adalah Tuhan Sang Pencipta.

Sahabat Kang Asmud, saya ingin berbagi tentang sebuah sistem hidup dan pola berpikir. Apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim? Karena jika tidak kita tentukan pola pikir dan sistem hidup kita hari ini, siapa yang tahu satu atau dua jam kemudian, kita akan digoyangkan dengan sebuah problema yang bisa mengancam keimanan kita.

Sistem hidup ibaratnya sebuah kapal laut dan supir nahkoda adalah peminpinnya. Atau kalau misalkan anda ingin pergi ke luar kota memakai bus. Maka bus adalah sistemnya dan supir adalah peminpinnya.

Terkadang keimanan kita merasa goyah karena disebabkan oleh misi iblis yang tak pernah larut dalam mengajak manusia menuju kesesatan yang nyata. Maka kita sebagai manusia yang paham dengan misi itu, kita tidak boleh lengah, membiarkan si iblis berkeliaran berdakwah kesesatan kepada manusia.

Goyahnya iman, terkadang ada yang masih bisa diselamatkan atau ada juga yang sulit dibangunkan lagi sehingga menyebabkan gugurlah keislamannya.

Salah satu yang harus kita pahami sebagai seorang mukmin adalah bahwa menjadi seorang mukmin itu tidak hanya diucapkan saja, namun harus direalisasikan dengan sikap dan tingkah laku yang islami pula.

Bila pengakuan seorang mukmin tidak diaplikasikan secara islami maka Allah SWT tidak akan mengakui keislamannya, bisa jadi gugurlah keislaman kita. Seperti halnya ayat berikut dijelaskan.

Allah SWT berfirman:
"Dan di antara manusia ada yang berkata, Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman." (QS. Al-Baqarah:8)

Jadi, haruslah sesuai antara pengakuan lisan dan pembuktian sikap dan tingkah laku dalam kehidupan seorang mukmin.

Baiklah, agar kita mengetahui sebab sebab gugurnya keimanan, maka disini saya akan memaparkan sedikit penjelasan lewat tulisan saya ini.

Pertama, sebab yang menggugurkan keislaman seseorang adalah syirik atau menyekutukan Allah SWT. Yakni memiliki keyakinan bahwa ada tuhan selain Allah SWT, ada bandingan yang mampu menandingi kekuasaan Allah.

Jika hal seperti ini muncul pada diri seorang mukmin, maka gugurlah keislamannya. Karena perbuatan syirik sangat bertentangan dengan dengan aqidah dan tauhid yang menjadi perkara paling penting dalam Islam.

Ketahuilah bahwa tidak ada dosa yang tidak diampuni, kecuali satu yaitu dosa syirik. Sebagaimana Allah menegaskan dalam Al-qur'an surat An-nisa ayat 116 berikut :

"Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu) dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali." (QS. An-Nisa:116).

Kedua, yang menjadi faktor penyebab gugurnya keislaman seseorang adalah berhukum kepada selain hukum Allah atau syariat Islam. Sadarilah dan pahamilah bahwa ini adalah konsekuensi diri kita ketika mau berislam. Harus siap dihukumi dengan hukum islam, dan harus taat kepada Allah dan Rosul-Nya.

Hukum buatan manusialah yang tidak dibenarkan oleh Allah. Apabila hukum itu dipakai dalam tatanan kehidupan manusia, maka selamanya akan hancur lebur tak akan pernah berdiri tegak selayaknya.

Allah SWT berfirman:
"Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Taghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa:60).

Manakala seseorang tidak mau menjadikan Hukum Allah sebagai hukum yang harus dijalaninya dalam kehidupan sehari hari, meskipun dia telah mengakui bahwa dirinya seorang muslim, kehauilah bahwa Allah tidak sudi mengakui keimanannya.

Kemudian yang ketiga, yang dapat menggugurkan keislaman seseorang adalah ia mwngingkari ayat ayat Allah SWT. Setiap manusia pasti butuh yang namanya petunjuk supaya manusia tidak tersesat dalam kegelapan.

Makanya Allah menurunkan Al-qur'an sebagai suatu yang akan menyelamatkan manusia. Dimana tidak ada keraguan di dalamnya.

Allah menegaskan dalam firmanNya : "kitab (Al-qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa." (Al-baqoroh : 2)

Sebagai agama wahyu, islam bukanlah agama yang dibuat dari hasil pemikiran manusia. Karenanya jika kita mengaku seorang muslim, maka mau tidak mau kita harus menerima sepenuhnya apa yang diturunkan Allah SWT.

Keempat, yang menjadi penyebab gugurnya keislaman adalah membantu orang orang musyrik dalam urusan kemusyrikannya. Kemusyrikan adalah sebuah kedzoliman yang amat besar. Termasuk kepada deretan dosa besar yang tidak bisa diampuni dosanya oleh Allah SWT.

Sahabat Kang Asmud, banyak terjadi di kalangan umat islam bahwa banyak umat islam yang bermuka dua. Sejatinya dialah yang paling berbahaya karena dia adalah yang akan membocorkan rahasia-rahasia islam kepada musuh musuh islam.

Kelima, penyebab gugurnya keislaman seseorang adalah berpaling dari agama islam. Ini realita yang sering terjadi. Seseorang yang mengaku bahwa muslim tapi pada nyatanya dia phobia terhadap islam dan aturan Allah.

Hari ini Islam didesain oleh musuh mereka sebagai sesuatu yang dipandang jijik. Sehingga banyak yang berpaling dari agama Allah. Islam hanya sebatas diatas KTP saja.

Allah SWT berfirman:
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Ta-Ha:124)

Ironisnya ketika disampaikan islam kepada mereka, mereka serasa asing mendengarnya. Semoga kita tidak termasuk orang yang berpaling dari agama Allah. Sekian dulu dari saya semoga bermanfaat. Aamiin

Salam
Kang Asmud.

Cita-cita Atau Hanya Angan?

          Ketika bertanya kepada diri. Apa yang kamu cita-cita kan?.  "Aku ingin hafal Al-Qur'an mutqin 30 Juz, bisa bahasa Arab, sama mau jadi penulis."

Langkah demi langkah Allah menunjukkan jalannya kepadaku. Akan tetapi tak ada arti semua itu, tanpa adanya ketekunan, keistiqamahan.

Allah...
Lirih dalam hati, apakah aku harus menyerah. Padahal sudah sejauh ini, engkau menuntunku. Maafkan aku bila tak ada rasa syukurku kepadamu. Daku mulai lupa pada dirimu, ketika ketercapaian pada setiap ujian yang engkau berikan.

Maafkan hati ini Ya Rabb..
Teguhkanlah hati ini pada jalan yang engkau ridhai. Kuatkanlah pijakannya, jadikanlah hamba termasuk orang yang terus bertaubat dan memperbaiki diri.

Aku ini lemah.
Tidak akan ada artinya bila tak ada bimbingan dan kehendakmu.

Aku..
Aku hanya insan yang penuh dengan keluhan. Maafkan diri ini ya Rabb, selalu mengeluh, mengadukan masalah ku kepadaMu. Akan tetapi aku tahu, bahwa engkau senang bila ada hamba yang terus memelas belas kasih dari Mu.

Izinkan aku untuk kuat hingga batas akhir Ya Rabb. Ada orang-orang yang harusku bahagiakan.

Sudah sejauh ini engkau membimbingku.
Ya Rabb, hindarilah aku dari hati yang selalu puas atas keberhasilan yang engkau berikan, puaskanlah hati ini bila engkau meridhainya Ya Rabb.

Saturday, September 15, 2018

Sebiru Langit

          Secercah harapan menyinari diri, tatkala membuka tirainya. Hidup tentu perlu dengan adanya harapan, setiap lembaran baru harus tertuliskan setiap harapan dan impian. Bagai hari yang terus berganti, apakah diri sudah lebih baik dari hari sebelumnya,  atau mungkinkah sama saja dengan hari kemarin atau lebih parah lagi.

Harapanku sebiru langit. Jauh dimata, namun nyaman di hati. Langit yang luas tak kan cukup bila hanya satu harapan yang dituju. Harapan bagai penggerak hati dalam kemalasan, karena harapan adalah tujuan yang harus dicapai, untuk membentuk kepribadian hakiki.

Jangan pernah lupa akan keridhaan Allah. Karena Allah lah yang menyusun semua skenario, hingga sampai hari ini. Hatta pada masa depan, Allah sudah mengaturnya. Akan tetapi, keridhaan Allah yang membuat kita mudah, ikhlas, banyak mengambil ibrah pelajaran dari setiap kegagalan, kesuksesan  yang dihadapi.

Harapanku sebiru langit.

Rumah Quran Indonesia

          Rumah Qur'an Indonesia. Tempat dimana ku mulai sejarah baru, ternyata skenario Allah memulai semua itu. Ketika diri ingin berubah dari sifat malu, tak percaya diri, minder atas kritikan, dsb, dan Maasya Allah, Allah menunjukkan langkah ku untuk mencari ilmu, dan berbagai pengalaman disana.

Rumah Qur'an Indonesia. Disanalah aku mulai berubah dengan drastis, Allah takdirkan kembali bersama sahabatku ketika Tsanawiyah. Mulai ku mengerti bagaimana kehidupan yang sebenarnya.

Menancapkan iman yang harus kuat dalam hati. Bersama-sama ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Yang lebih menakjubkan adalah ketika ku menginjakkan kaki di Bandung. Yah, kota dimana Abi di lahirkan. Mungkin bagi beliau sudah banyak kenangan yang terukir, kini gantian anakmu ini yang membuat sejarah baru dalam kehidupan, mencari kebenaran yang nyata.

Masih selalu terngiang dalam benakku, ketika abi mengatakan "Sungguh Allah tak kan membiarkan hambanya yang sedang mencari kebenaran". Selain itu yang membuat ku termotivasi adalah teman-teman ku, mereka sudah sangat jauh menyaingi ku, sedang Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Fastabiqul khairat, berlomba-lomba lah dalam kebaikan" jadi tak bisa ku biarkan diri ini diam termenung layaknya putus asa dari kehidupan ini, padahal ketika ku renungkan, sudah sejauh ini langkah ku, karena bimbingan Allah lah dan juga doa abi wa umu aku sudah sampai sejauh ini.

Ku harap aku tak menyesal kedua kalinya karena telah melakukan hal yang tak bermanfaat. Sebenarnya  ada satu hal lagi yang membuatku termotivasi  yaitu aku ingin cepat menikah. Tahulah kalau remaja hari ini sangat ngeri juga. Aku berniat waktu itu, apabila aku sudah khatam aku akan segera menikah, dan membangun keluarga penghafal Al-Qur'an. Yah, bisa-bisa nya skenario Allah sesimpel itu hee,  bagaiamana  aku bisa kuat nantinya, lalu aku mengurungkan niat ku itu, dengan percaya lebih bahwa Allah akan menunjukkan jodoh ku ketika aku sudah siap.

Bicara hal jodoh, memang tak akan ada selesainya, atau bosan. Hari itu..  Hari yang sangat ku nantikan, karena pada hari itu sudah Allah tetapkan, maka kenapa aku belum juga memperbaiaki diriku lebih maksimal lagi, sedang Allah sudah berfirman "Laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik,  dan laki-laki yang buruku untuk wanita-wanita yang buruk pula". Aku hanya bisa menunggu dalam perbaikan diri, belum bisa mengungkapkan nya. Ohh,  apakah ini yang di namakan Cinta.

Yah, baru 9 bulan aku di Rumah Qur'an Indonesia sudah mulai di tarik di satu yayasan. Sungguh, bagaimana aku bisa berterima kasih kepada ponpes itu, ketika ku mulai sedih dan malas melakukan apapun sebelum hari itu tiba . Ya, hari dimana aku tinggalkan Ponpes yang bernama Rumah Quran Indonesia. Kenangannya pun masih melekat dalam di benakku.

Bisakah, aku terus memperbaiki diri, selagi aku tak di sana.  hmmm.
Begitulah skenario Allah yang indah.

Aku hanya dapat Sabar dan bersyukur agar hati kembali tenang.

Wednesday, September 12, 2018

Mereka Bisa Karena Terbiasa

           Pernah dengar perkataan seperti itu ?. Jika pernah maka mengapa kita masih mengeluh dengan keadaan, bukankah yang dapat merubah keadaan itu kita atas kehendak Allah, seperti ayat Allah yang menjelaskan berikut.


إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)


Setiap kita adalah pemimpin, baik itu memimpin keluarga, memimpin sekolahan, dan hal yang lainnya, dan hal yang sangat amat penting adalah memimpin dirinya sendiri menuju jalan kebaikan. mungkin diantara kita ada yang sulit untuk melakukan suatu kebaikan, dikarenakan hati merasa kurang dengan apa yang kita punya. Bukankah kita adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan yang maha kaya. Lalu apa yang membuat kita minder dengan keadaan sekarang.
Mereka bisa karena terbiasa. Nah sekarang apa sih yang kita impikan dalam hati yang paling dalam, yaitu sebuah cita-cita yang belum terealisasikan. Karena cita-cita bukan hanya sekedar cita-cita, yaitu Cita-cita yang dapat merubah kehidupan ini menjadi lebih baik, hatta dunia dan akhirat pun harus baik. Misal kita ingin bercita-cita menjadi seorang hafidz Al-Qur'an, Apakah hanya perkataan saja, justru itu membutuhkan perjuangan yanga sangat panjang, yang dimana kita harus mengorbankan waktu untuk mendapatkan ayat demi ayat yang ingin kita hafal.

Berubahlah dengan seiring zaman, jangan sampai kita berubah mengikuti arus zaman yang penuh dengan huru hara, yaitu yang tak mempunyai tujuan untuk hidup. yang dimana tujuan itu sangat memberikan manfaat di dunia maupun di akhirat. Seorang muslim sejati akan memberikan yang terbaik untuk Agamanya, sama halnya kita memberikan yang terbaik untuk meraih cita-cita kita menuju kesuksesan yang kita sangat impikan dalam hati.

Merka bisa karena terbiasa. Maka jika ingin bisa, carilah kebiasaan baru yang dapat memberikan wawasan luas akan hilmu pengetahuan islam. Islam ini agama yang murni, bak seperti cahaya yang daatang dalam gelapnya malam. maka jika Allah mengendaki kebaikan pada hanbanya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepada hamba tersebut.

Mereka Bisa Karena Terbiasa.

Wallahu 'alam

Tantangan Baru

          Pada saat menempuh perjalanan kehidupan, maka akan ada selalu tantangan dan ujian yang menghadang.Hanya satu pegangan bila kita ingin menghadapinya yaitu dengan faidza azzamta fatawakkal Alallah. Apabila kamu mempunyai azzam maka serahkanlah kepada Allah. Nah azzam ini juga harus dibarengi dengan ikhtiar yang extra. menghadapi tantangan kehidupan ini adalah sesuatu yang amat misterius, yaitu disetiap hari baru pasti akan ada tantangan baru bagi orang yang ingin berubah.

Jika mereka bisa mengarungi ujian dan cobaan, lalu kenapa kita tidak, karena kita mempunyai tuhan yang maha segalanya. Mereka bisa karena terbiasa. Maka carilah sebuah kebiasaan baru yang dapat merubah pola hidup. Dari yang biasa menjadi luar biasa. Para penuntut ilmu zaman dahulu sanggup melakukan perjalan jauh untuk mengambil satu hadits saja. Maka keberkahan waktu mereka bisa kita rasakan, dengan adanya kitab-kitab yang sangat banyak karya mereka. Dengan itu juga orang yang sudah tiada akan sealu hidup dengan karya-karya yang dibuat.

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (Surah Al-An'Am ayat 32)

Maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam menghadapi ujian kehidupan ini. Arahkan tujuan kita kepada Allah yang maha membolak-balikan hati. Karena hati ini tak lain hanya ada dalam pengawasannya, dimana hati kita lengah atau lalai maka yang harus pertama kali kita lakukan, ingat tujuan sebenarnya dari perjalanan kehidupan kita. Dari Allah, menuju Allah.

Wallahu 'alam

Tuesday, September 11, 2018

Karena Cinta

          Cinta adalah air kehidupan, makanan ruh, dan nitrisi jiwa. unta mengeloni anaknya karena cinta. ibu menyusukan bayinya karena cinta. Burung membangun sarangnya karena cinta, karena cinta wajah wajah bersinar.

Para sahabat mencintai jalan hidup islam dan pengajarnya, risalah dan pembawanya, wahyu dan pengabarnya, lalu demi ridha Allah, mereka terbunuh di ujung tombak badar, uhud, dan hunain. Mereka meninggalkan makanan, minuman, dan syahwat di Makkah dan di Madinah. Meninggalkan tempat tidur di sepertiga malam dan menginfakan harta yang berharga dalam mengejar keridhaan Sang Kekasih.

Karena Naibi Musa AS mencintai Allah, laut terbelah di hadapannya. Dan, karena penutup para Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam mencintai Allah, batang pohon kurma rindu kepadanya dan bulan terbelah untuknya.

Begitulah cinta yang seharusnya ada dalam hati-hati setiap hamba. Yang menuntunnya menuju penghambaan sejati kepada Rabbnya. Cinta tak kenal dengan kata lelah bilamana yang mencintai memberikan suatu permintaan. Maka sesungguhnya Allah menyuruh kita semua untuk menyembahnya, dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun.

Manusia ini lemah dan karena kekuasaan Allah lah, dia kuat. Tak ada yang bisa memberikan madharat atau kesenangan apabila tidak ada izin dari Allah Rabb semesta alam. Maka ketika kita ingin melakukan suatu pekerjaan makka ingatlah Allah dengan menyebut namanya. maka in sya Allah, Allah akan menurunkan keberkahan kepada apa yang kita kerjakan. Jangan sampai pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari membuat hati ini gundah, membuat hidup ini fana, karena kurangnya kita dalam mengingat Allah.

Semoga yang sedikit ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. sebarkanlah kebaikan walau satu ayat. karena setiap kebaikan akan di balas walau sebesar biji dzarrah pun.

Wallahu 'alam

Monday, September 10, 2018

Sebaitku

      Terima kasih kepada kalian yang sudah hadir dalam kehidupan ini. Kepada kalian yang sudah membuat diri ini mengerti dengan kehidupan.
    Lembar-lembar tulisan, mewarnai semua nya, indah seperti layak nya pelangi. Karena kalian ku belajar menjadi lebih baik lagi, canda tawa terngian dalam hembusan angin syahdu.
    yah,.. itulah kehidupan, akan tetapi semua ini tak ber ujung lama. Ada nya perpisahan di mulai dari pertemuan.
    Semoga Allah mempertemukan kita kembali di syurga nya kelak.
Aamiin
@muhammad_tirmidzi_lc

Sunday, September 9, 2018

Hakikat berbakti kepada orang tua

           Ada suatu kisah bahwa ada sorang anak yang sukses karena dia memperlakukan kedua orang tuanya seperti raja dan ada seorang anak yang tak sukses karena dia memperlakukan kedua orang tuanya seperti pembantu, jadi untuk apa kita jauh-jauh mencari ilmu, hanya untuk menyakiti kedua orang tua kita, apakah kita tak sadar bahwa sebelum kita sukses atau mungkin sebelum kita sudah sejauh ini semua itu perantara doa kedua orang tua, jika engkau ingin memperbaiki kehidupan maka perbaiki hubungan kita kepadda kedua orang tua.

          Sesinuk apapun urusan kita berikanlah waktu yang spesial untuk kedua orang tua kita. tanda berbaktinya seorang anak kepada kedua orang tua adalah sealalu mendoakannya, juga menjadi penyejuk hati mereka. ketika engkau hijrah dan engkau meneteskan air mata kedua orang tua, maka jalan hijrahmu tak sebanding dengan dosa yang terus engkau lakukan, maka sebaik mungkin kita memperhatikan perasaan keduanya.karena hijrah adalah memperbaiki yang salah dengan mendekat kepada dzat yang maha menerima taubat.

wallahu 'alam.

Saturday, September 8, 2018

Hari Baru, Sejarah Baru!

        Sudah tercatat dalam lauhul mahfudz bahwa nasib manusia yaitu rizki, kematian dan jodoh, sudah di atur oleh sang maha kuasa. Jadi apa yang perlu difikirkan lagi, bahwa hak kuta sebagai seorang hamba adalah beribadah. Ikhtiar dan doa adalah jalan yang harus di asah, belajar membulatkan tekad untuk terus memperbaharui niat karena Allah. Lelah ini mungkin akan hilang dengan sendiri nya, akan tetapi akan ada sejarah baru yang kita buat untuk kehidupan kita di masa depan.

        Lelah dalam melakukan kebaikan pasti akan ada gantinya di sisi Allah. Meski sebesar biji dzarrah pun,  Allah akan balas. Jadi apa alasan kita untuk tidak melakukan kebaikan. Para pemuda zaman now harus tahu bagaimana para ulama zaman dahulu mencari 1 hadits itu bisa berjalan berbulan-bulan. Tapi bisa kita lihat di zaman ini, karena keberkahan yang Allah berikan kepada mereka, hadits itu pun masih kita dengar atau kita baca.
Dan kita sebagai seorang pemuda, apa yang sudah kita lakukan untuk agama dan negeri tercinta ini?.
Yuk sama-sama kita berkarya untuk agama.

Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan.

   Tulisan Harian Santri - Pengertian Tauhid Tauhid (Arab : توحيد ) dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”, mentauhi...