Tulisan Harian Santri - Allah ta'aala berfirman :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam {menjalankan} agama dengan lurus"
[ QS. Al-Bayyinah : 5 ]
FirmanNya yang lain :
 
 "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya"
[ QS. Al-Hajj : 37 ]
Ibnu Abbas RA berkata, "Artinya adalah bahwa yang dapat sampai kepada Allah adalah niat dari orang yang melakukan hal itu."
Dan nilai dari suatu perbuatan amat tergantung pada niat, barangsiapa yang baik niatnya, maka perbuatannya itu akan menjadi baik dan ia pasti teguh, terhidar dari kelemahan danterhindar dari fitnah dalam keberagamaannya; dan ia akan terhindar dari kesesatan dan penyimpangan, sebagaimana Firman Allah ta'aala, :
"Kecuali hamba-hambamu yang ikhlas diantara mereka"
[ QS. Al-Hijr ; 40 ]
Diriwayatkan bahwa Umar Bin Al-Khattab RA berkata, Rasulullah SAW Bersabda :
"Sesungguhnya pekerjaan-pekerjaan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan ganjaran perbuatannya sesuai dengan apa yang dia niatkan"
[ Muttafaq 'Alaih ]
Imam Nawawi berkata, "Ini adalah hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, dan disepakati sebagai satu diantara hadits-hadits yang kedudukan dan keutamaannya sangat besar serta merupakan salah satu diantara hadits-hadits yang menjadi dasar-dasar islam.
          Ikhlas adalah dimana pujian dan hinaan manusia sama nilainya disisimu, dan kesepadanan antara yang lahir dan yang batin pada dirimu. Pada zaman ini keikhlasan merupakan barang langka tidak ada yang memilikinya, kecuali bagi mereka yang dirahmati Allah ta'aala, apalagi ditengah kehidupan yang penuh tipudaya, lemahnya muraqabah {mawas diri} dan keyakinan. Saya tidak mengatakan bahwa keikhlasan telah lenyap, sehingga dengan begitu saya telah berdusta, akan tetapi untuk menuju kepada keikhlasan dibutuhkan kesungguhan dan latihan yang terus-menerus {mujahadah} dalm setiap amal perbuatan.
          Suatu perbuatan jika telah dinodai dengan berbagai macam noda berupa Riya' atau mencari kemasyhuran, maka sesungguhnya sikap itu akan menjadikan seseorang lemah dalam melaksanakan pekerjaan itu. Bahkan pekerjaan itu akan menjadi sia-sia. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Allah Berfirman, " Aku paling sangat tidak membutuhkan kesyirikan, maka barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan itu ia mempersekutukanku dengan selain aku, maka aku akan meninggalkannya dan perbuatan syiriknya"
[HR. Muslim ]
Terkadang seorang seseorang telah beriltizam atau bersikap konsisten hingga ia termasuk dalam  golongan orang konsisten. Akan tetapi tujuannya bukan untuk konsisten itu sendiri dan tidak pula bertujuan  untuk mendapat ridha Allah, melainkan ia memiliki maksud-maksud lain yang dengan cepat akan menghancurkan sikap konsistennya itu, karena ia tidak mengharapkan Allah dan kehidupan Akhirat.
Abu Al-Qasim Al-Qusyairi Rahimahullah berkata, "Ikhlas itu adalah memusatkan niat dalam melaksanakan ketaatan hanya kepada Allah semata. Yaitu melakukan ketaatan dengan maksud hanya untuk taqarrub kepada Allah, tiada maksud lain, seperti untuk mendapatkan perhatian, pujian manusia, atau tujuan-tujuan lain yang bukan untuk mendekatkan diri taqarrub kepada Allah dan kehidupan Akhirat.
Sahl Bin Abdullah At- Tsauri Rahimahullah berkata, "Ketika orang-orang bijak menafsirkan ikhlas, maka mereka tidak mendapatkan selain pengertian bahwa hendaknya bergerak atau berdiamnya seseorang dalam situasi terlihat atau tersembunyi adalah hanya karena Allah semata, tidak dinodai oleh hawa nafsu ataupun dorongan duniawi.
        Maka barangsiapa yang mendambakan keselamatan didunia dan diakhirat, maka hendaknya ia bersikap ikhlas dan terus-menerus mengawasi niatnya, karena hanya dengan sikap itulah suatu pekerjaan memiliki nilai ibadah. Pekerjaan sedikit atau kecil yang disertai keikhlasan itu lebih baik daripada pekerjaan banyak yang hampa dari keikhlasan.
          Tidak mudah menegakkan ikhlas dalam diri, karena pada dasarnya 
manusia merupakan makhluk yang lemah. Godaan setan kerap mengintai untuk
 merusak amal-amal kebaikan. 
Dikutip dari buku Surga Ikhlas, 
karangan Lasa Hs menuturkan, seorang ulama terkenal bernama Sufyan ats 
Tsauri berkata, "Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk luruskan adalah 
niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah".
Ada beberapa hal penting agar manusia dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan hanya kepada Allah:
1. Banyak berdoa
Di
 antara yang menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak 
berdoa kepada Allah SWT. Di antara doa yang sering dipanjatkan oleh 
Rasulullah agar bisa senantiasa ikhlas ialah, "Ya Allah, aku memohon 
perlindungan kepada Mu dari perbuatan menyekutukan Mu sementara aku 
mengetahuinya, dan aku memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang 
tidak aku ketahui". (HR Ahmad).
Rasulullah sering memanjatkan doa 
tersebut agar terhindar dari kesyirikan. Padahal, kita tahu bahwa beliau
 adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan.
2. Menyembunyikan amal kebaikan
Hal
 lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan 
menyembunyikan amal kebaikannya. Yakin menyembunyikan amal-amal kebaikan
 yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti salat 
sunah, puasa sunah dan lain-lain).
Amal
 kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain bisa membawa 
keikhlasan, karena tidak ada yang mendorong melakukan itu kecuali karena
 Allah semata. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis,
"Tujuh 
golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan 
selain daru naungan Nya yaitu, pemimpin yang adil; pemuda yang tumbuh di
 atas ketaatan kepada Allah; laki-laki yang hatinya senantiasa terikat 
dengan masjid; dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan 
berpisah karena Nya; seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang 
wanita yang cantik dan memiliki kedudukan namun ia berkata: 
'Sesungguhnya aku takut kepada Allah'; seseorang yang bersedekah dan 
menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak 
mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang 
mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya". (HR 
Bukhari Muslim).
3. Memandang rendah amal kebaikan
Memandang
 rendah amal kebaikan yang dilakukan akan dapat mendorong amal perbuatan
 lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah 
ketika ia merasa ridha dengan amal yang dilakukan, di mana hal tersebut 
dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (bangga diri) yang menyebabkan
 rusaknya keikhlasan.
Semakin ujub seseorang terhadap amal 
kebaikan yang dia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan 
dari amal tersebut. Bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang 
sia-sia. Said bin Jubair berkata, "Ada orang yang masuk surga karena 
perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal 
kebaikannya". Ditanyakan kepadanya, "Bagaimana hal itu bisa terjadi?" Ia
 menjawab, "Seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa 
takut terhadap azab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun
 bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya 
itu. Sedangkan ada seseorang yang beramal kebaikan, ia pun senantiasa 
bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam 
keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka"
.
4. Takut amalnya tidak diterima
Dalam hal ini Allah berfirman dalam surah Al Muminum ayat 60.
"Dan
 orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati 
yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka kembali 
kepada Tuhan mereka". (QS Al Muminum [23]:60).
Pada ayat tersebut 
Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka
 yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak 
diterimanya amal perbuatan mereka tersebut.
5. Tidak terpengaruh perkataan manusia
Pujian
 dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang 
pada umumnya disenangi manusia. Bahkan, Rasulullah pernah menyatakan 
ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia 
dipuji oleh manusia karenanya belaiu menjawab, "Itu adalah kabar gembira
 yang disegerakan bagi seorang mukmin". (HR Muslim).
Begitu pula 
sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya
 tidak disukai manusia. Akan tetapi, janganlah jadikan pujian atau 
celaan orang lain sebagai sebab beramal saleh karena hal tersebut 
bukanlah termasuk perbuatan ikhlas
Blog ini adalah sebuah kolaborasi antara kisah kehidupan. nasihat, juga ilmu pengetahuan islam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan.
Tulisan Harian Santri - Pengertian Tauhid Tauhid (Arab : توحيد ) dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”, mentauhi...
- 
Ya Allah, Aku mencintainya.. Saat hati mengatakan hal yang sama, begitu pula seluruh jasad ini menyatakan nya dengan bisikan lembut k...
 - 
Tulisan Harian Santri - Hijrah, sebuah kata yang sudah tidak asing lagi didengar telinga kita. Hampir semua kalangan sering m...
 - 
3 Wasiat Nabi Wiwit Hardi Priyanto / 7 Mei 2015  Kita mungkin pernah mendengar istilah ulama menyebut “Jawami’ul Kalim”. Istilah itu mem...
 
No comments:
Post a Comment