Wednesday, January 30, 2019

Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan.

  Tulisan Harian Santri - Pengertian Tauhid

Tauhid (Arab :توحيد) dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”, mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah; mengesakan Allah atau mengiktikadkan bahwa Allah SWT itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT sendiri didalam surat Al-baqarah:163 yang artinya :

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Adapun pengertian tauhid menurut para ulama ternama:

1. DR. Abdul Aziz, tauhid adalah mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta

2. Prof. Dr. M. Yusuf Musa, tauhid adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam Zat, Sifat atau perbuatan-perbuatan-Nya

3. Shalih Fauzan bin Abdullah al Fauzan, tauhid adalah mengesakan Allah SWT dari semua makhluk-Nya dengan penuh penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya, meninggalkan peribadatan selain kepada-Nya, serta membenarkan nama-nama-Nya yang Mulia (asma’ul husna), dan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan menafikan sifat kurang dan cela dari-Nya
Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan sifat-Nya. Namun, tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu, menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.

Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian di atas, mulai dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW.

2.2 Pembagian Tauhid

Tauhid dibagi menjadi 3 macam, yakni tauhid rububiyah, uluhiyah dan Asma wa Sifat.

1. Tauhid Rububiyah

Yang dimaksud dengan tauhid rububiyah (keesaan zat Allah) adalah bahwa Allah Esa dalam Zat-Nya. Allah adalah wujud yang tidak bergantung pada apa dan siapa pun dalam bentuk apapun. Dalam bahasa Al-Qur’an, Allah adalah Ghani (absolute). Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan pertolongan-Nya. Allah tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah berfirman:
Hai manusia, kamulah yang mebutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan apa pun) lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir: 15)

Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Alloh.

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh,

“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah adalah mengiktikadkan bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuja dan dipuji. Memuja dan memuji selain Allah serta sikap ingin dipuji maupun dipuja, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi (dalam hati) adalah perbuatan syirik. Sebagaimana firman Allah dalam suratnya,

“Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”. (Al-Fatihah, 1:5)


“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah membimbing Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dengan sabda beliau: “Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)

“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)
Maksudnya adalah kita mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy.

Kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.

3. Tauhid Asma Wa Sifat

Tauhid Asma wa sifat adalah mengiktikadkan atau meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun yang menyamai Allah, dan hanya Allah saja yang memiliki sifat kesempurnaan, keperkasaan, dan keindahan. Namun dalam sifat-sifat Nya tak ada segi yang benar benar terpisah dari Nya. Allah SWT, telah menunjukkan hal ini dalam firman Nya:

“Tak ada sesuatu pun yang seperti Dia”. (Asy-Syuraa, 42:11)

“Dialah Alloh Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul Husna.” (Al-Hasyr: 24)

Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna)

2.3 Hakikat dan Kedudukan Tauhid.

Hakikat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara. Seseorang melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya, semuanya berasal dari Nya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang lain.

Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Alloh kepada setiap hamba-Nya. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakekat tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan Alloh. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pengesaan Allah terbagi tiga, yaitu mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya, Uluhiyah Nya dan Asma wa sifat Nya.

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali ini kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan sebagian bentuk ibadah mereka kepada selain Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi, malaikat, jin dan sebagainya.
Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia, Alloh berfirman,

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh,

“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17).

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)

Selain itu, tauhid juga adalah tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka bumi, dalam hal ini Allah berfirman,

“Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36).

Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan Rosul kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh semata? ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini?”

Selain itu tauhid merupakan perintah Alloh yang paling utama dan pertama, Alloh berfirman,

“Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36).

Dalam ayat ini Alloh menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Alloh semata.

2.4 Kesempurnaan Tauhid dan Balasan untuk Ahli Tauhid

Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT :

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(QS. An-Nahl 36)

Berikut adalah dalil-dalil Al Qur’an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid,
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:

“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS At Taubah: 31)
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)” (QS Az Zumar: 2-3)

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus” (QS Al Bayinah: 5)

Dari semua dalil-dalil Al-qur’an di atas, maka jelas sekali bahwa konsep tauhid merupakan landasan paling fundamnental dalam kehidupan seorang muslim yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan ajaran-ajaran Islam lainnya.

Sedangkan Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.
Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:

1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya)
2. Siapa yang disembah sedangkan dia ridha
3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya
4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib
5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.

Balasan untuk Ahli Tauhid :
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah : 25)

Dari Jabir r.a, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa dipastikan?’ Beliau menjawab, ‘Siapa yang meninggal dunia dan keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk surga dan siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT, niscaya dia masuk neraka.” HR. Muslim.

“Barangsiapa yang bersyahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, serta Ruh dari pada-Nya, dan surge itu benar adanya, neraka juga benar adanya, maka Allah pasti memasukkanya kedalam surga, betapapun amal yang telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari & Muslim).

Dari ayat ayat diatas, sudah dijanjikan dengan Allah SWT melalui surat dan hadisnya bahwa surga balasannya bagi orang orang yang beriman, tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.

2.5 Hal yang Merusak Sikap Tauhid dan Penerapan Tauhid dalam Kehidupan

a. Hal yang merusak sikap tauhid
Sikap tauhid merupakan sikap mental hati yang kurang stabil akan menyebabkan sikap ini mudah berubah-ubah. Adapun hal-hal yang dapat mengurangi sikap tauhid, yaitu:

1. Penyakit riya
Kelemahan ini pun disinyalir oleh Allah sendiri didalam Al-Qur’an sebagai peringatan bagi manusia. Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya proses terjadinya manusia (membuatnya) tak stabil. Bila mendapatkan kegagalan lekas berputus asa. Bila mendapatkan kemenangan cepat menepuk dada”. (Al-Ma’aarij: 19-21)

2. Penyakit ananiah (egoism)
Kemungkinan kedua bagi mereka yang belum stabil sikap pribadinya, selain sikap riya ialah manusia menempuh jalan pintas. Rasa tidak pasti tadi diatasinya dengan mementingkan diri sendiri. Namun sifat ini tidak akan tumbuh didalam pribadi yang mau beribadah ihsan dan khusyu.

3. Penyakit takut dan bimbang
Rasa takut ini biasanya timbul terhadap perkara yang akan datang yang belum terjadi. Adapun cara mengatasi rasa takut ini ialah dengan tawakal’alallah artinya mewakilkan perkara yang kita takuti itu kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan pemecahan masalah tersebut.

4. Penyakit Zhalim
Zhalim artinya meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya atau melakukan sesuatu yang tidak semestinya.

5. Penyakit hasad atau dengki
Hasad tumbuh dihati seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini biasanya didahului oleh sikap yang menganggap diri paling hebat dan paling berhak mendapatkan segala yang terbaik, sehingga jika melihat ada orang lain yang kebetulan lebih beruntung, ia merasa tersaingi.
b. Penerapan tauhid dalam kehidupan :
Contoh penerapan tauhid dalam kehidupan sehari hari adalah dengan selalu mentaati perintah Nya dan menjauhi larangan Nya, seperti beribadah, puasa, nadzar, berdoa hanya kepada Allah, ibadah apapun yg dilakukan semata mata diniatkan hanya karna Allah, tidak berlebih-lebihan dalam mencintai sesuatu. Tawakal dan bersabar dalam menghadapi musibah.
c. Pengaruh Tauhid terhadap kehidupan seorang muslim:
Tauhid adalah akar dari keimanan seorang muslim. Dengan tauhid yang kuat, maka seorang muslim akan mampu menjalankan proses penghambaannya kepada Allah tanpa merasa berat dan terpaksa, karena hanya satu tujuan mereka hidup yaitu keinginan mereka untuk bertemu dengan tuhannya Allah SWT.

Implementasi penghambaan mutlak kepada Allah SWT tersebut terwujud dalam berbagai aspek kehidupan seorang muslim, mulai hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut akan terwujud secara selaras dan harmonis, karena memang itulah perintah Allah. Dengan mempunyai aqidah yang kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat dilaluinya dengan baik dan ringan.

Di era modern ini, dengan berbagai tantangan dan pengaruh global, seorang muslim harus mempunyai tauhid yang kuat. Hal itu disebabkan tantangan dan pengaruh global yang dating banyak memuat unsur-unsur negative yang anti-tauhid. Manakala seorang muslim dihadapkan pada kesenangan dunia sebagai muatan dunia kapitalis, maka manusia membutuhkan benteng untuk mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.

Pengaruh Al-Qur’an dalam kehidupan rohani.


Tulisan Harian Santri - Makanan bagi rohani adalah kitab Allah. Seorang mukmin agar dia memiliki keseimbangan yang bersifat ketuhanan, agar dia tidak tertimpa oleh berbagai persoalan duniawi dan penyakit kejiwaan, maka dia harus membentengi dirinnya dengan kitab Allah. Inilah mengapa Allah Ta’aala memerintahkan kepada kita agar selalu membaca Al-Qur’an tiap kali melaksanakan ibadah.
 
Nabi Muhammad Saw ketika shalat shubuh selalu memanjangkan bacaannya agar memberikan pemanasan kepada hati dengan cahaya dari Ayat-ayat Allah.
Ketika beliau selesai shalat Shubuh, maka hatinya telah di panasi dengan energy kitab Allah. Dia akan menjadi orang sebagaimana yang di firmankan oleh Allah :

“ Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang di berikan Nya kepadamu. “ ( Al-Hadid : 23 )


Dia akan selalu bergantung kepada Allah, setiap persoalan yang dia hadapi selalu di adukan kepada Allah. Oleh karena itu, dalam kehidupannya dia tidak akan tertimpa oleh berbagai penyakit tadi. Para sahabat sering berkata, Seorang yang harinya tidak di mulai dengan membaca Al-Qur’an, maka sepanjang harinya dia akan merasa murung.
 
Apakah yang dapaat menghilangkan rasa sedih dan murung tadi ?
Seseorang memulai kehidupannya setiap hari dengan membaca Al-Qur’an. Dengan demikian, dia akan menjadi. :

Dan kami turunkan dari Al-Qur’an.. “ ( Al-Isra’ ; 82 )



Allah Ta’ala mengatakan “ Telah kami turunkan “ (anzalna), namun  mengatakan “ Kami turunkan “ (munazzil) dengan menggunakan bentuk mudhari’ yang memiliki arti kontinuitas bagi siapa saja yang membaca secara seksama, merenungi maknanya dan membaca secara khusyu’.


Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. “ ( Al-Isra’ : 82 ).



















Sumber : Buku”Jadilah Al-Qur’an berjalan di bumi” Hal 124-125 Karya : Fauzi Muhammad Abu Zaid. Penerbit Maghfirah.)

Sunday, January 13, 2019

Definisi Tahsin secara Umum.


Tulisan Harian Santri-Apa itu tahsin?

kata 'tahsin' secara bahasa diambil dari kata kerja (حَسَّنَ - يُحَسِّنُ - تَحْسِيْنًا), artinya: memperbaiki, atau menghiasi, atau membaguskan, atau memperindah, atau membuat lebih baik dari semula [1]

Apa itu tilawah?

kata 'tilawah' berasal dari kata (تَلاَ- يَتْلُو - تِلاَوَةً) yang artinya membaca atau bacaan.[2]

Adapun tilawah secara istilah adalah membaca Al Qur'an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahani makna-makna yang terkandung di dalamnya. [3]

Dari dua definisi yang telah lewat, bisa disimpulkan bahwa makna tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki atau membaguskan bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar sebagai realisasi dari firman Allah Ta'ala dalam surah Al Muzzammil:

وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا

Artinya:
"...Dan bacalah (olehmu) Al Qur'an dengan tartil (yang sebenar-benarnya). [Al Muzzammil:4]

Berdasarkan ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk membaca Al Qur'an dengan tartil yang sebenar-benarnya, tidak membaca Al Qur'an dengan asal-asalan, dan agar bisa membaca Al Qur'an dengan tartil yang sebenar-benarnya seorang muslim dituntut untuk mempelajari bacaan Al Qur'an dengan baik dan benar yang dalam ini diistilahkan dengan 'tahsin tilawah Al Qur'an' [4]

Apa itu tajwid?

secara bahasa, tajwid berasal dari kata جَوّدَ - يُجَوِدُ - تَجْوِيْدًا yang bermakna memperbagus atau memperbaiki

secara istilah, tajwid menurut para ulama ahli Al Qur'an adalah mengucapkan setiap huruf dari makhraj (tempat keluarnya huruf) dengan benar, dengan menunaikan seluruh hak-nya (sifat absolut huruf yang selalu menempel misalnya hams, jahr, isti'la, dll) dan menunaikan seluruh mustahak-nya (sifat kondisonal huruf yang sewaktu-waktu ada semisal idzhar, iqlab, ikhfa', dll) dengan tanpa berlebihan dan tanpa takalluf (mempersulit diri) serta tanpa ta'assuf (semaunya sendiri)

Imam Abu Amr Ad-Dani menjelaskan mengenai perkara yang hendaknya dijauhi para ahli Al Qur'an ketika mengajarkan Al Qur'an, beliau berkata: Tajwid bukanlah dengan mengunyah-ngunyah lidah, bukan memperdalam mulut, bukan membengkok-bengkokkan dagu, bukan menggetar-getarkan suara, bukan memulurkan syiddah, bukan memotong-motong madd, bukan memperpanjang dengung ghunnah, bukan menggemukkan ra', bukan bacaan yang dijauhi karakter manusia nomal, bukan pula bacaan yang ditolak telinga dan hati nurani. Akan tetapi, tajwid adalah bacaan yang mudah, enak, manis, lembut, tanpa menungyah-ngunyah, tanpa mengulum-ngulum, tanpa ta'assuf, tanpa takalluf, tanpa dibuat-buat, tanpa berlebihan, dan tidak keluar dari karakter normal orang arab dan ucapan orang-orang yang fasih dari segala aspek qiraat dan ada' [5]

Seorang bisa sampai pada tajwid dengan memperbanyak latihan dan talaqqi (bertemu langsung dengan guru) dari guru yang mutqin (menguasai ilmunya) dan ahli mengajar [6]

 
Membaca Al Quran merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Oleh karena itu membaca dan juga mempelajari Al Quran hukumnya wajib bagi setiap muslim. Tidak hanya cukup dengan membacanya saja, kitab suci Al Quran tentu harus dipelajari. Setiap muslim diwajibkan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab suci Al Quran. Di dalam mempelajari Al Quran pun tidak bisa sembarangan. Ada ilmu-ilmu yang harus dipelajari dalam proses belajar Al Quran, di antaranya yaitu tahsin  Quran.  


Tahsin Quran di dalam Islam mempunyai makna bahwa di dalam membaca Kitab Suci Al Quran haruslah benar dan tepat demi terjaganya keaslian praktik dakwah sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tahsin sendiri di dalam Bahasa Arab mempunyai arti memperbaiki, memperkaya atau menguatkan. Tahsin Quran juga dapat diartikan sebagai penyempurnaan hal-hal yang berkaitan dengan kesempurnaan lafaz pengucapan huruf-huruf Al Quran dan penyempurnaan dalam pengucapan hukum hubungan di antara huruf dengan huruf yang lain seperti ikhfa, idzhar, idgham, dan yang lainnya.

1. Hukum belajar Tahsin
Hukum dalam belajar ilmu Tahsin (Ilmu tajwid) sebagai disiplin ilmu dalam mempelajari Al Quran adalah fardu Kifayah. Sedangkan hukum membaca kitab Suci Al Quran dengan memakai aturan ilmu tajwid adalah Fardu ain. Dengan begitu, membaca Al quran dengan menggunakan tajwid menjadi wajib hukumnya. Siapa pun yang di dalam membaca Al Quran tidak mempergunakan  hukum tajwid maka hukumnya menjadi dosa, karena Allah SWT telah menurunkan Kitab Suci Al Quran beserta tajwidnya. Oleh karena itu di dalam proses membaca Al Quran yang baik dan benar, maka juga diwajibkan untuk mempelajari Ilmu-Ilmu tajwid demi kesempurnaan dalam membaca Al Quran.

2. Tujuan dari Tahsin Tilawah
Tujuan utama dari Tahsin Quran sendiri yaitu menjaga lidah dari salah-salah dalam membaca Al Quran. Kesalahan dalam membaca Al Quran sendiri ada 2 macamnya, yaitu Al Lahnul Jaliy dan Al Lahnul Kofiy. Al Lahnul Jaliy adalah kesalahan yang begitu terlihat jelas di kalangan ataupun kalangan ahli tajwid. Kesalahan tersebut antara lain perubahan bunyi, perubahan harakat, memanjangkan huruf yang seharusnya pendek atau pun sebaliknya dll. Kesalahan kedua, Al Lahnul Kofiy yaitu kesalahan kecil yang tidak diketahui, kecuali oleh orang yang tidak mempunyai keahlian khusus dalam penyempurnaan pembacaan Al Quran. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain, tidak digunakannya hukum-hukum bacaan, tidak diterapkannya kaidah ghunnah di dalam huruf-huruf yang semestinya menggunakan ghunnah

3. Manfaat Tahsin Quran
Manfaat dari tahsin Quran sendiri antara lain, merupakan cermin keimanan seorang umat muslim terhadap kitab suci Al Quran, Mencapai kualitas yang tinggi di dalam membaca dan juga mempelajari Al Quran dan menghindari kesalahan di dalam membaca Al Quran.




Sumber:

[1] [Lihat Mu'jam Al Wasith (1:174); Qamus Al-Munir, hal 265]
[2] [Lihat mu'jam al wasith (1:87)]
[3] [Nadhratun Na'im fi makarimi Akhlaqir Rasulil Karim, hal.1176]
[4] [Bimbingan Tahsin Tilawah Al Qur'an. Hisyam bin Mahrus Ali Al Makki. Penerbit: Zam-zam]
[5] [(An-nasyr, juz II, hal 303)]
[6] [Al-Mujahid,Ahmad Toha Husain. 2014. Ilmu Tajwid. Jakarta: Darussunnah (hal: 20-21)]

Penerapan Tauhid Dalam Kehidupan.

   Tulisan Harian Santri - Pengertian Tauhid Tauhid (Arab : توحيد ) dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti ”Keesaan Allah”, mentauhi...